Oleh: Sutiyono Sajad
a. Teori Sosiologi Sastra
Kata sosiologi berasal dari bahasa latin socius yang berarti kawan dan logos dari bahasa Yunani yang berarti kata atau berbicara. Benerapa ilmuwan mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari kehidupan bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antarmanusia yang menguasai kehidupan ini. Jadi, sosiologi berarti berbicara mengenai masyarakat. Objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antarmanusia dalam masyarakat (Soekamto, 1990: 4). Dengan demikian, sosiologi bisa dimanfaatkan untuk penelitian karya sastra dari aspek-aspek sosial (Noor, 2005: 30).
Konsep sosiologi sastra didasarkan pada pemahaman bahwa karya sastra ditulis oleh seorang pengarang, dan pengarang merupakan a salient being, makhluk yang mengalami sensasi-sensasi dalam kehidupan empirik masyarakatnya. Dengan demikian, sastra juga dibentuk oleh masyarakatnya, sastra berada dalam jaringan sistem dan nilai dalam masyarakatnya. Dari kesadaran ini muncul pemahaman bahwa sastra memiliki keterkaitan timbal-balik dalam derajat tertentu dengan masyarakatnya, dan sosiologi sastra berupaya meneliti pertautan antara sastra dengan kenyataan masyarakat dalam berbagai dimensinya (Soemanto, 1993).
Sosiologi sastra merupakan pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan. Istilah ini pada dasarnya tidak berbeda pengertian dengan sosio sastra, pendekatan sosiologis, atau pendekatan sosio-kultural terhadap sastra (Damono, 2002: 2). Berbagai pendekatan ini, masing-masing didasarkan pada sikap dan pandangan teoritis tertentu. Namun, semua pendekatan itu menunjukkan satu ciri kesamaan, yaitu mempunyai perhatian terhadap sastra sebagai institusi sosial yang diciptakan oleh sastrawan atau pengarang sebagai anggota masyarakat.
Asumsi dasar penelitian sosiologi sastra adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan sosial. Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat. Kehidupan sosial dianggap menjadi picu lahirnya karya sastra. Peristiwa-peristiwa yang menjadi bahan sastra adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau dengan masyarakat. Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Terdapat hubungan timbal balik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat. Sastrawan adalah anggota masyarakat yang tarikat oleh status sosial tertentu. Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium, dan bahasa merupakan ciptaan sosial. Sastra diciptakan sastrawan untuk dinikmati, dihayati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1).
Dalam telaah sosiologi sastra terdapat dua kecenderungan utama. Pertama, pendekatan yang berdasarkan anggapan bahwa sastra merupakan cermin sosial belaka. Pendekatan ini bergerak dari faktor-faktor di luar sastra untuk untuk membicarakan sastra. Dalam pendekatan ini teks tidak dianggap utama. Teks sastra hanya merupakan gejala kedua. Kedua, pendekatan yeng menggunakan teks sastra sebagai bahan untuk ditelaah. Metode yang digunakan dalam pendekatan ini adalah analisis teks untuk mengetahui strukturnya, kemudian dipergunakan lebih dalam lagi untuk memehami gejala sosial di luar sastra (Damono, 2002: 2-3).
Jumat, 11 September 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar